okeh amigoz.... hhehe it's been a while isn't it??? well sebenere saya lagi nulis sesuatu, tapi sudah 1 minggu sesuatu yang saya tulis itu inspirasinya tidak datang lagi... so ku buat tulisan ini...
Kenapa tidak akurat?!
Okeh sebelum berjalan lebih jauh, kita sempitkan masalahnya
disini... nah ditulisan ini saya akan membantu amigoz sekalian untuk mengerti
kenapa sih, ada banyak info tentang kejadian gempa bumi, tapi sangat jarang
info yang keluar itu sama, bahkan untuk 1 gempa bumi (ya kalau 2 pasti beda
lah).
Nah semua pengetahuan ini diperuntukkan untuk mereka yang awam... kalau
mereka belajar tentang gempa, maksudnya seismologi, tentu saja bisa dapat
lebih... okeh saya tidak akan membuat amigoz kesusahan dengan bahasa saya yang
acak adut ini, just check it out....
Belakangan, terutama setelah bencana tsunami yang melanda
Aceh tahun 2004 silam, pemberitaan tentang kejadian (bukan bencana) gempabumi
menjadi sangat-sangat dibutuhkan, dalam hal untuk antisipasi bencana... (biasa
dikenal dengan mitigasi)
Nah, tentu saja amigoz, trutama yang sering nonton berita,
entah TV one, atau Metromini, eh MetroTV pasti sering juga lihat berita
gempa... atau kalau mau ekstrim sedikit, langsung saja buka di website bmkg dan
geofon, hehehe (buat orang awam ya ini ekstrimnya, kan biasa nungguin berita
dulu di TV)
Nah, jika amigoz sekalian masih takjub dengan perbedaan
koordinat, atau perbedaan magnitude, atau perbedaan apapun itu dari berita kejadian
gempa, maka setelah baca ini, pasti anda tidak bingung lagi, semoga, hehe...
Okeh, just cut the crap... perbedaan ini terjadi karena
perbedaan struktur batuan dibawah tanah. Dalam hal ini yang mempengaruhi
kecepatan rambat gelombang gempa adalah kondisi batuan yang dilaluinya.
Kondisi yang tidak sama ini, tidak seperti pada pelajaran
fisika tentang gravitasi. Ya memang kita juga diberi tahu kalau percepatan
gravitasi di setiap tempat itu tidak sama, namun dengan kemampuan para ilmuwan,
maka percepatan gravitasi itu bisa dicarikan rata-rata.
Tapi untuk kasus ke gempaan, rata-rata yang digunakan itu
tidak bisa mencakupi seluruh wilayah di dunia. Kenapa? Nah kita langsung studi
kasus saja biar gampang...
Jika kita sekarang berada di sebuah posisi, diantara titik A
dan B, umpamanya 2 km dari A dan 4 km dari B. Kita berjalan dengan kecepatan
yang sama, 1 km/jam... nah tentu saja kita akan lebih cepat tiba di A daripada
di B kan?!
Sekarang jika di kasus itu kita tambahkan begini, jika jalan
ke A macet dan ke B lancar, apakah mungkin jika kita bisa tiba di B lebih dulu?
Jawabannya YA IYO TO!!!
Nah sekarang hubungannya dengan gempa dimana? Nah kondisi
batuan ini ibarat jalan tadi, mereka mampu membuat gelombang menjadi lebih
cepat, atau lebih lambat untuk tiba di suatu tempat... istilah teknisnya adalah
sebagai amplifier gempa.... dan bukan hanya kecepatan yang dipengaruhi, tapi
juga kekuatan gempa itu...
Kondisi batuan di dunia, sangatlah berbeda satu wilayah
dengan wilayah yang lain... dan terutama Indonesia tercinta kita ini, yang
tersusun oleh 3 lempeng besar dunia (silahkan cari kisah legenda lempeng
Indonesia di google, hhe), tentu saja struktur batuannya berbeda... jika di
umumkan, mungkin mengikuti kondisi batuan ke-3 lempeng tersebut.
Nih kondisi Batuan Indonesia... Beda-Beda kan... hehehe |
Kita selesai dengan batuan, it’s done!!! Sekarang selain
batuannya, yang mebuat beda adalah cara analisanya... nah, kita kembali ke
kasus A dan B tadi. Jika ada orang yang menunggu di setiap titik, misalkan di
A, tentu saja dia bisa maklum karena tadi macet... dan di B, tentu saja bisa
maklum karena jalan lancar.
Nah beda dengan gempa bumi, maksudnya disini adalah
formulasi perhitungan parameter gempa (magnitude dan segala macamnya yg
diberitakan itu disebut PARAMETER) untuk bagaimanapun kondisi batuan, masih
sama... coba bayangkan, untuk batuan yang berbeda, rumusnya sama... wajarkan
kalau hasilnya pasti beda. Karena bisa jadi batuan yg dilaluinya itu
memeperlambat kecepatannya, atau justru mepercepat kcepatannya...
Dan terlebih lagi, formula, atau rumus itu diperoleh dengan
memperhatikan gejala kegempaan lampau... maksudnya disini, rumus, dibuat dengan
mengacu pada gempa sebelum, untuk menganalisa gempa sesudah... tidak salah,
justru itu benar sekali... yang jadi masalah hanya satu yg saya pikirkan (jika
amigoz memikirkan yg lain, ya suudaah tidak apa-apa)... karena kita menggunakan
gempa yang sebelum, otomatis rumus itu akan pas jika pada gempa-gempa
setelahnya, kondisi batuan tidak berubah... menger toh???
Nah itu untuk kasus batuan yang berbeda dengan formulasi
perhitungan yang sama.... nah sekarang kondisi batuannya beda dan formulasinya
beda??? Oh iya sebelumnya biar lebih jelas, maksud batuannya disini adalah
batuan yang dilalui gempa, oke deal?
Kondisi batuannya beda, dan formulanya beda... wuih sudah
jelas hasilnya pasti lebih banyak bedanya daripada samanya, iya kan??? Tidak perlu
dijelaskan lagi sepertinya, karena pada dasarnya sama saja, hanya disini
formula perhitungannya beda... hahaha
Jadi kenapa tidak akurat? Ya karena itu tadi... jika ingin
perhitungan parameter gempa akurat, maka kita harus mampu untuk menginventaris
(hehehe kayak buku aja inventaris) data batuan setiap daerah di Indonesia
trutama...
maksudnya begini, jika ada gempa di utara Gorontalo misalnya, dan alat pencatat gempa yang mendeteksi ada di Manado, Gorontalo, dan Palu... maka biar perhitungannya akurat dan bisa sama yang dihasilkan, kita harus tau, apa-apa saja batuan yang dilalui dari sumber gempa itu menuju Manado, Gorontalo, dan Palu... setelah tau jenis batuan yg dilalui, tentu kita tau kecepatannya, misalkan jaraknya 180 km, batuan A yg dilewati itu 9.87 km, dengan kecepatan 8 km/jam, trus lewat lagi batuan B 23 km, dengan kecepatan berkurang jadi 5 km/jam, trus lewat lagi di batuan C, dengan kecepatan yang naik drastis jadi 8.03 km/jam, dan seterusnya dan sterusnya...
maksudnya begini, jika ada gempa di utara Gorontalo misalnya, dan alat pencatat gempa yang mendeteksi ada di Manado, Gorontalo, dan Palu... maka biar perhitungannya akurat dan bisa sama yang dihasilkan, kita harus tau, apa-apa saja batuan yang dilalui dari sumber gempa itu menuju Manado, Gorontalo, dan Palu... setelah tau jenis batuan yg dilalui, tentu kita tau kecepatannya, misalkan jaraknya 180 km, batuan A yg dilewati itu 9.87 km, dengan kecepatan 8 km/jam, trus lewat lagi batuan B 23 km, dengan kecepatan berkurang jadi 5 km/jam, trus lewat lagi di batuan C, dengan kecepatan yang naik drastis jadi 8.03 km/jam, dan seterusnya dan sterusnya...
waw, rumit sekali bukan... jadi, sampai kita bisa menentukan
seperti diatas, kita harus sabar dengan informasi gempa yang berbeda-beda... oh
iya, mungkin judul yang lebih tepat, “kenapa beda-beda??” bukan ini, tapi
biarlah, hanya judul, hehehe :D
well amigoz, hidup boleh brutal tapi tetap ceria, hehehe....