Pages

Senin, 31 Desember 2012

Mengubah Dengan Tangan



“Menggantungkan jawaban pada Tuhan adalah keharusan, tapi apakah hal ini mampu menjadi solusi, atau hanya berfungsi sebagai symbol ketidakberdayaan kita?”


Pagi itu, sekitar pukul 10.00 wib, di ruang ball room salah satu hotel berbintang di Jakarta Pusat. Ruangan itu ramai dipenuhi laki-laki dengan baju koko dan perempuan berkerudung. Ternyata orang-orang itu sedang menghadiri pengajian yang baru pertama kali diselenggarakan untuk mereka yg memiliki profesi sebagai pekerja dunia malam. Sebagian besar pesertanya adalah kaum hawa.
Jumlah peserta yang hadir saat itu kira-kira 500-600 orang, ada yang bekerja sebagai pemandu lagu di ditempat seperti ini? Ternyata kehadiran mereka tidak lepas dari upaya seorang pimpinan lembaga penegak hokum diwilayah sawah besar.
Sosok ini memang sedikit unik. Salah satu program pembinaan yg dilakukan dalam masyarakat adalah pembinaan dalam bentuk pengajian. Yah tentu saja tidak sulit bagi pimpinan untuk mengarahkan binaannya (dalam hal ini para pekerja tadi) untuk hadir dalam pengajian, karena jelas dia memiliki kekuasaan. Mungkin, inilah yang disebut dengan “mengubah dengan tangan atau kekuasaan”.
Nah, acara tersebut berisi hiburan bernuansa religious. Dengan suasana humor tapi serius namun juga santai, acara berjalan khidmat dan diakhiri dengan muhasabah yang dibawakan oleh salah satu uztas terkenal negeri ini. Sebagai rasa syukur atas kehadiran peserta dalam acara pengajian tersebut, penyelanggara menghadiahkan door prize berupa 4 buah tiket ibadah umroh ke tanah suci.
Alhamdulillah… sesuatu yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Pekerja dunia malam, yang notabene bekerja dengan dunia abu-abu yang lebih dekat kehitamnya daripada keputihnya, berkesempatan untuk umroh. Dalam dialog antara MC dengan salah seorang peserta yang mendapatkan hadiah ini terekam percakapan berikut:
“mbak… bagaimana perasaannya karena telah mendapatkan hadiah umroh?” yang ditanya pun hanya bisa diam. Dia tidak percaya kalau tiket umroh sudah berada ditangannya. Dia tertunduk, matanya mulai berkaca-kaca dan tak kuasa menahan air mata. Ternyata Allah SWT memberikan kesempatan kepada seorang hamba yang setiap hari berbuat dosa untuk dating ke tanah suci. Apa pantas dia berangkat kesana? Sekali lagi MC bertanya:
“Maaf mbak… silakan mbak menyampaikan sesuatu.”
Kemudian dia meraih mic dari tangan MC. Dengan suara lirih, dia menyampaikan kalimat: “Alhamdulillah… terimakasih kepada pihak penyelenggara yang sudah memberikan saya kesempatan untuk pergi umroh. Terus terang, saya bukanlah orang yang layak untuk kesana. Masih ada orang yang lebih layak daripada saya. Izinkan saya memberikan hadiah umroh ini kepada kakak saya yang lebih pantas berangkat kesana…”
“lhoh kenapa begitu mbak? Apakah nggak sebaiknya mbak tukarkan hadiah ini dengan uang tunai?” si MC bertanya balik.
“nggak mas… Tuhan sudah memberikan kesempatan kepada kakak saya, yang sudah rindu sekali ingin pergi ke tanah suci. Inilah satu-satunya cara saya untuk bisa berbuat baik kepada kakak saya, dari uang yang 100% halal.”
Dari dialog tersebut,dapat dilihat bahwa dengan ketulusan hati, seseorang yang  “kotor” ternyata berani mengakui “kekotorannya” dan dengan ikhlas memberikan kesempatan kepada orang lain untuk dekat dengan Tuhannya. Sementara dirinya bergelimang dosa, dia masih memberikan kesempatan kapada saudaranya untuk menikmati kedekatan dengan saudaranya untuk menikmati kedekatan dengan Tuhannya.
Apakah setelah pengajian itu selesai, semua itu sirna begitu saja, tersingkirkan oleh rutinitas dunia mereka??? Ternyata 2 hari setelah acara tersebut, sekitar 200 orang datang menghadap ke pimpinan tersebut. Untuk apa? Bukan untuk berdemo, tetapi untuk meminta dicarikan pekerjaan baru diluar dunia malam mereka. Ternyata pengajian ini berbuah kesadaran… walaupun pada akhirnya hanya sebanyak 80 orang yg mendapatkan pekerjaan, selebihnya terpakasa kembali kepekerjaan mereka.

Ternyata… pekerjaan di dunia malam bukanlah satu-satunya tempat bekerja. Mereka ingin bekerja di tempat YANG LEBIH BAIK! Nah sekarang untuk kita yang sudah mapu, mampukah kita membuka alternative dunia kerja??? Atau kita lebih suka menghujat, mencerca, mencaci, atau mengobrak-abrik tempat kerja mereka TANPA MAMPU memberikan alternative pekerjaan yg lebih baik???
Atau malah kita hanya bersikan MASA BODO, dan membiarkan mereka menggantungkan harapan BAHWA TUHAN TIDAK AKAN PERNAH MENELANTARKAN HAMBANYA YG SERIUS MENCARI PEKERJAAN YANG HALAL, tanpa memikirkan pekerjaan halal seperti apa lagi yg bisa mereka kerjakan? Menggantungkan jawaban pada Tuhan adalah keharusan, tapi apakah hal ini mampu menjadi solusi, atau hanya berfungsi sebagai symbol ketidakberdayaan kita? Wallahu’alam

(Manajeman Dosa, Agus Idwar... oleh D'shaga Yoga, dengan pengubahan seperlunya)

READ MORE - Mengubah Dengan Tangan

Jumat, 23 November 2012

Resensi: Kisah Hidup Ali Ibn Abu Thalib

Judul: Kisah Hidup Ali Ibn Abu Thalib
Penulis: Dr. Musthafa Murad
Penerbit: Zaman
Tahun Terbit: 2012
Cetakan: 1 sampai 3

Siapakah yang mau menjadi pemimpin di tangah situasi yang penuh konflik dan perpecahan? Siapakah yang berani tampil di barisan paing depan ketika orang-orang saling berteriak sambil mengacungkan senjata? Siapakah yang mau mengorbankan nama baik dan kemuliaan demi mencegah kebinasaan umat? Siapakah orang yang tetap menjalai kehidupan dengan penuh keyakinan dan kemuliaan, sedangkan ia telah divonis akan mati terbunuh?”
Yah itulah sepenggalan dari resume buku ini. Oke langsung aja. Buku yang memiliki 260 halaman ini menceritakan kisah hidup salah seorang Khalifah, seorang sahabat yang setia, dan sekaligus suami dari seorang pemimpin wanita ahli surga, yaitu Ali Ibn Abu Thalib. Akan tetapi kisah hidup yang diceritakan disini bukanlah kisah hidup sejak beliau masih kanak-kanak, tetapi kisah kekhalifan beliau.
Dalam masa kekhalifan Ali, banyak konflik yang terjadi, sampai akhirnya pembunuhan terhadap Khalifah Ali oleh Ibn Muljam, Wirdan, dan Syabib yang terjadi pada 21 Ramadan. Dan banyak juga hal hal yang dalam buku ini berupa sejarah kekhalifahan Ali yang disalah pahami oleh kaum syiah sehingga mereka menyimpang.
Yah, jika ingin tahu lebih, bisa pinjam kok (nanti tapi, hahaha). Kita lanjut ke sisi penulisan buku. Buku ini ditulis dengan alur gabungan, dan menggunakan perspektif orang ketiga diluar cerita. Sayangnya bahasa yang digunakan dalam buku ini bukanlah jenis bahasa ringan, dan hanya orang-orang yang benar-benar ingin membacanya, dan mereka yang yakin bisa membacanya, serta sangat-sangat suka membaca bisa membacanya. Buku ini bukan untuk orang yang LEMAH & PENAKUT (dalam hal bacaan, hehehe). Walau begitu, penulis mampu menggambarkan suasana perang dan konflik yang memang banyak terjadi di zaman itu, seperti saat perang Jamal dan Shiffin.
Okeh untuk harga ya… hmm, buku ini merupa 1 dari 4 seri buku kisah hidup sahabat-sahabat Nabi yang menjadi Khalifah, dan kemarin ane patungan dengan temen ane, dikarenakan harga 1 setnya Rp 150000. Tapi gak bakalan nyesel dah, hehehe. Okeh sekian dulu Amigoz….
READ MORE - Resensi: Kisah Hidup Ali Ibn Abu Thalib

Sabtu, 20 Oktober 2012

Resensi : Sandiwara Langit

Okeh Amigo... ini ane dapat lagi sebuah resensi buku dari Majelis Ilmu, lebih tepatnya, resensi ini adalah buah tangan dari Ikha Rifkah... well just cekidot
 
Judul Buku : Sandiwara Langit
Tebal Buku: 200 halaman
Penulis: Al Ustadz Abu Umar Basyier
Penerbit: Shofa Media Publika



Resensi Sederhana menurut musafir kecil
Saya akan mulai dengan pengantar dari penerbit yang bagi saya cukup mewakili untuk menggambarkan buku ini, dan berikutnya akan saya tuliskan beberapa sinopsis singkat dari paragraf-paragraf penting yang terdapat dalam bab-bab buku ini.
Adalah Rizqaan, tokoh utama dalam buku ini, salah satu contoh, dari segelintir umat manusia yang secara apik dianugerahi kekuatan dalam menjalani semua takdirnya, yang teramat berat dan sakit menyayat, namun begit penuh hikmah na harum dan indah memikat.
“Aku mengagumi seorang mukmin. Bila memperolah kebaikan dia memuji Allah dan bersyukur. Bila ditimpa musibah dia memuji Allah dan bersabar. Seorang mukmin diberi pahala dalam segala hal walaupun dalam sesuap makanan yang diangkatnya ke mulut istrinya.” (Riwayat Ahmad dan Abu dawud)
Ia adalah pemuda shalih, yang berjuang keras menyelamatkan diri dari fitnah membujang, dengan segera menikah dengan segala keterbatasan yang ada. Modal belum ada, pekerjaan pun tak punya. Dan Halimah pemudi yang juga shalihah, putri pak rozaq, seorang pengusaha kaya raya menjadi pilhannya. Meski dari keluarga apa adanya, sebagai muslim idealis, ia tak gentar menemui keluarga Halimah, untuk maju meminang. Terkesan nekat, tetapi begitulah, selama itu adalah kebenaran yang diyakin, pantang bagi rizqaan untuk bersurut langkah.
Keunikan kisah ini, dimulai ketika pak rozaq mau menikahkan mereka, namun dengan satu syarat. Bila dalam sepuluh tahu ia tidak bisa “sukses” (baca: kaya raya menurut barometernya) dan “membahagiakan” Halimah, maka ia harus menceraikannya.
Ah, hidup memang benar-benar penuh hal tak terduga, yang kadang begitu sulit dipercaya. Yang tak jarang memaksa kita untuk menerima realita, bahwa itu memang benar terjadi adanya. Selama sepuluh tahun itu, mereka makin menemukan cinta sejati, cinta hanya karena dan kepada Allah semata. Makin kuat, mengakar dan menghebat, lebih dari apa yang mereka bayangkan sebelumnya. Mengokohkan jiwa mereka dan menhadapi segala badai yang menerpa, dari kematian ayah Rizqaan dala kebakaran pabrik, yang juga membangkrutkan usahanya, hingga berujung pada perceraian yang dipaksakan, demi menepati perjanjian. Atau kisah kematian Halimah yang begitu dramatis, sampai kebesaran hati Rizqaan memaafkan ‘dalang’ penyebab kebakaran sekaligus kematian ayahnya.
Yang istimewa, cerita yang tersaji dalam buku ini, adalah pemaparan kembali dari kisah nyata yang-insyaAllah- benar-benar terjadi, untuk bersama kita petik hikmahnya. Makin memikat, saat penyusun kisah, Ustadz kami Abu Umar Basyier Al-maedany, juga menyisipkan dalil-dalil Al Qur’an dan Assunnah untuk makin memperkuat bahasan.
Sangat berbeda dengan buku “sejenis” yang terlanjur meracuni umat, dengan kisah fiktif, sandiwara atau satra penuh rekayasa. “Racun” tersebut semakin kabur dan sulit dikenali, dengan pelabelan Islami yang sangat dipaksakan, entah itu pada novel maupun cerpen murahan dan kawan-kawannya. Bagaimanapun, secara umum Islam tidak pernah mengajarkan dusta untuk mencapai –semulia apapun- tujuannya.
Sinopsis singkat (bagian warna adalah kutipan dari buku)
Pria Muda yang ingin menikah
“Begini ustadz. Usia saya sekarang baru 18 tahun. Namun terus terang, saya sudah ingin sekali menikah. Saya khawatir terjebak dalam perzinaan, bila saya harus menunda menikah lebih lama lagi.” Tanpa sungkan pemuda itu menceritakan keinginannya. Cerita itu sendiri sejatinya sudah memuat pertanyaan. Namun saya ingin tahu lebih jauh. Saya biarkan dia terus bercerita.
“Saya sadar, saya masih terlalu hijau untuk menikah. Tapi saya lebih sadar, bahwa tanpa menikah, saat ini saya merasa tidak kuat menahan godaan syahwat. Saya telaten puasa dawud satu tahun ini, untuk menjalankan sunnah Rasul. Gejolak itu memang teredam sebagiannya. Namun yang masih tersisa begitu kuat. Dan saya merasa tersiksa. Apa saya sudah layak menikah ustadz?”
Berikutnya terjadi tanya jawab antara pemuda tersebut dan sang ustadz, seputar pernikahan, kondisi pemuda tersebut yang memang belum mapan, dan tidak mempunyai pekerjaan, dan kemauan dari calon mertuanya untuk menikahkan putrinya dengan pemuda yang sudah mapan. Sang ustadz pun menyarankan agar pemuda tersebut memusyawarahkan hal tersebut dengan orang tua sang calon.
Kesepakatan atau perjudian?
“Calon mertua saya itu ternyata orang yang berpendirian kuat, tapi ambisius. Ia bersedia menikahkan saya dengan putrinya, tapi dengan sebuah tantangan.”
“Tantangan”
“Ya. Ia menantang saya, dengan justru tidak akan membantu kami, bila kami menikah. Ia memang bukan konglomerat ustadz, tapi hidupnya sangat berkecukupan. Setidaknya ia bisa membantu kami bila suatu saat kami hidup kesusahan. Dan ia sesungguhnya tak ingin putrinya hidup serba kekurangan sepanjang hayat. Tapi bila sudah berkeluarga, ia ingin putrinya tidak lagi bergantung kepadanya. Ia menantang bahwa dalam sepuluh tahun saya harus dapat memberi penghidupan yang layak buat putrinya. Kami sudah harus memiliki kehidupan yang berkecukupan. Bila tidak, ia meminta saya menceraikannya. Dan uniknya ia meminta hal itu diucapkan saat akad nikah, sebagai syarat”
Pemuda dan sang ustadz kemudian berdialog tentang hukum adanya syarat seperti itu.
Sosok kedua tokoh utama (dalam 2 bab)
Pada bab berikutnya, digambarkan latar belakang kehidupan pemuda shalih bernama Rizqaan ini dan juga pemudi shalihah bernama Halimah, yang nampaknya mempunyai beberapa kesamaan dan idealisme yang membuat mereka cocok satu sama lain. Rizqaan adalah seorang penuntut ilmu yang gigih yang langka dimana dikala kalangan pemuda yang lainnya larut dalam kehidupan dunia muda dengan beragam fenomenanya. Halimah adalah sosok muslimah yang teguh menjalani fitrahnya menjadi seorang muslimah kaffah dilingkungan keluarga yang jauh dari nilai agama.
Lembar-lembar kehidupan (dalam beberapa bab)
Dan bab-bab selanjutnya adalah torehan tinta dari perjalanan panjang dan melelahkan dari babak-babak kehidupan dua orang muda-mudi dalam mengayuh dayung sebuah biduk kecil bernama rumah tangga yang mereka bangun dengan dasar ketaqwaan kepada Rabb mereka. Bermacam ujian dan cobaan yang digambarkan, namun senantiasa dihadapi oleh mereka dengan suatu sikap yang sudah selayaknya dimiliki oleh seorang muslim. Juga sampai pada masa-masa cobaan yang mereka sudah bukan dalam bentuk kesulitan namun justru suatu nikmat yang bisa saja menjerumuskan mereka ke jurang kenistaan.
Rizqaan memulai perjuangannya memberi nafkah kepada istrinya dengan mencoba berdagang menjajakan roti dari suatu pabrik dari sedikit modal yang dimilikinya. Kedua insan ini memulai hidup dalam keprihatinan, namun mereka tetap sabar dan yakin akan ketentuan yang diberikan Allah kepada mereka. Dari mulai diceritakan saat-saat mereka hanya makan nasi putih dengan garam dan bawang goreng, dan bermacam cobaan lainnya. Berkat kegigihan dan kejujuran Rizqaan dalam berdagang, juga kesabaran Halimah istrinya untuk menerima keadaan mereka dan keuletannya me-manage keuangan rumah tangga. Pelan tapi pasti kehidupan keduanya berangsur membaik. Rizqaan menjadi penjual roti keliling yang sukses, berkat kejujurannya dan teguhnya memegang prinsip agamanya untuk tidak berdekatan dengan segala hal yang berbau haram maupun syubhat yang melingkupi bidang pekerjaannya. Rizqaan adalah tipe pekerja keras, namun ia bukanlah hamba dunia. Ia bekerja keras untuk mendapatkan dunia, namun ia berniat menundukkan dunia itu agar menjadi ladang akhirat baginya. Kehidupan ruhaninya yang dulu pun tak menjadi rusak dikarenakan kesibukannya mencari harta, bahkan Rizqaan yang hanya lulusan SMA ini telah menjelma menjadi sosok yang layak menyandang gelar Al-Ustadz.
Kebahagiaan keduanya lengkap tatkala mereka mendapatkan keturunan dari Allah Ta’ala. Bisnis Rizqaan semakin maju, hingga kini Rizqaan sudah bukan lagi penjaja roti keliling tapi sudah menjadi seorang pengusaha roti yang mempekerjakan beberapa karyawan. Omzetnya pun bukan lagi puluhan ribu seperti ketika awal-awal ia merintis usahanya, namun sudah menjadi puluhan juta. Kerikil-kerikil tajam sudah barang tentu menjadi selingan dalam kehidupannya.
Gemuruh prahara
Pada bulan keenam tahun kesepuluh pernikahan mereka adalh puncak kebahagiaan yang mereka rasakan, tidak ada lagi kesusahan dalam hidup mereka. Rizqaan sudah menjadi seorang pengusaha sukses. Rumah mereka bukanlah rumah petak kontrakan ala kadarnya, namun sudah menjadi rumah mewah dengan pabrik roti di belakangnya. Akhirnya memasuki bulan kesebelas kehidupan yang mereka jalani terasa begitu lambat ketika mereka berusaha untuk mempertahankan kehidupan mereka dan menunggu hingga saat tiba bagi Rizqaan untuk membuktikan janjinya kepada mertuanya. Hingga suatu malam tiba, dimana malam itu pada bulan kedua belas dan hari “H” tinggal hanya dua hari lagi terjadi musibah besar yang memporak-porandakan kehidupan yang selama ini mereka bagun dengan susah payah. Kebakaran melanda pabrik dan rumah mereka, hingga menjadikan ayah Rizqaan meninggal dunia. Belakangan di akhir cerita diceritakan, bahwa kebakaran tersebut merupakan ulah dari saudara jahat Halimah yang bernama Asyraf agar ayahnya memenangkan perjanjian dan Halimah menikah dengan lelaki lain yang lebih kaya.
Badai Susulan
Baru beberapa dua hari berselang dari musibah kebakaran tersebut, musibah lain datang menyapa. Hari itu adalah hari final dari perjanjian yang diucapkan Rizqaan saat akad nikah sepuluh tahun yang lalu. Sang mertua (Bapak Halimah) dengan kejamnya menagih janji dari Rizqaan dan menyatakan bahwa Rizqaan tidak dapat memenuhi janjinya, karena saat ini Rizqaan telah menjadi seorang yang bangkrut. Akhirnya dalam pergulatan batin yang hebat sebagai seorang muslim dan muslimah yang menaati Allah dan Rasulnya. Mau tak mau mereka harus menepati janji mereka.
“Halimah istriku……..” ujar Rizqaan, dengan napas tercekat.
“Ya, abuya. Kakanda. Suamiku.” Balas Halimah, tak kalah pedihnya.
“Dihadapan Allah. Atas Dasar ketaatan kita kepada-Nya. Dengan harapan Allah akan memperjumpakan kita di Surga kelak dalam sejuta keindahan yang melebihi segala yang pernah kita rasakan berdua. Atas dasar cinta kasih kita yang suci. Atas dasar kepedihan hati yang mendalam, yang hanya Allah yang mengatahuinya: SAYA MENALAQMU ADINDA.”
Meski tabah, tapi mau tidak mau tangisan Halimah meledak, tak terbendung lagi. Ia menagis terisak-isak. Ia tak pernah membayangkan, bahwa kesetiaannya kepada suami akan berujung pada kepedihan seperti ini. Ya Allah Ya Rabbi. Kami yakin, berkah sesungguhnya adalah pada cinta-Mu kepada kami. Kami merindukan cinta-Mu. Hati Rizqaan dan Halimah berbisik lirih.
Lembaran-lembaran baru kehidupan Rizqaan, Halimah dan Nabhaan anak mereka
Pada bab-bab selanjutnya dikisahkan bagaimana Rizqaan merintis kembali usahanya yang telah hancur dengan sekuat tenaga dan ketabahannya menghadapi cobaan. Juga dikisahkan bagaimana kehidupan Halimah selanjutnya selepas menyandang predikat sebagai seorang janda yang sangat tidak dia harapkan. Tak lupa bagaimana rintihan putra mereka Nabhaan yang saat itu berusia delapan tahun ketika menanyakan kenapa kehidupannya tidak bisa bahagia seperti dulu lagi. Sampai pada suatu saat, ketika ada seorang duda kaya raya anak seorang pejabat yang mengutarakan keinginan untuk menikahi Halimah. Dikisahkan inilah sebab mengapa Asyraf, abang Halimah, melakukan perbuatan keji merusak kehidupan rumah tangga Rizqaan dan Halimah. Namun entah apa yang dibicarakan oleh Halimah, duda tersebut dan ayahnya, ketika mereka berniat melamar Halimah, sehingga menjadikan mererka mengurungkan niat untuk melamarnya. Saat diceraikan oleh Rizqaan, halimah sedang mengandung anak kedua mereka, dan saat menjadi janda kondisi kesehatan Halimah menjadi memburuk dan ternya Halimah telah divonis menderita leukimia (kanker darah) dengan diagnosa bahwa hidupnya tidak akan lama lagi. Hari-hari berlalu sampai suatu ketika Ayah Halimah menyadari bahwa Halimah tidak akan bisa menikah dengan lelaki lain selain Rizqaan.
Ending yang mengharukan
Suatu ketika Halimah dan kedua orang tuanya berkunjung ke rumah Rizqaan yang kini telah mapan kembali.
**************************************
“Kami datang, untuk sebuah keperluan yang mungkin tak pernah kamu duga ananda. Setelah perdebatan panjang, dan banyak kisah-kisah di sekitarnya, kami berniat, akan menikahkanmu kembali dengan putri kami, Halimah…..”
“A….pa…? menikahkanku kembali dengan Halimah” Rizqaan tergagap. Ia tak mampu berbicara. Ada kelebatan sinar menyapu otaknya. Sehingga ia nyaris hanya bisa terpaku karena kegembiraan yang tidak terkira.
*************************************
“Abuya….”
“Maaf, aku belum menjadi suamimu lagi….” sela Rizqaan
“Izinkan aku tetap memanggilmu Abuya. Aku tak terbiasa dengan panggilan lain.”
“Baiklah. Ada apa Adinda?”
“Abuya. Apakah abuya siap menikahiku lagi?”
“Adinda Halimah, kenapa aku tidak siap? Dari dulu aku tak pernah berniat menceraikanmu. Aku senantiasa mencintaimu. Hanya karena kita bukan suami istri lagi, aku selalu menindih rasa cintaku itu sekuat mungkin. Tapi bila diberi kesempatan menikahimu lagi, aku tak mungkin menolak.”
“Meskipun misalnya aku memiliki kekurangan yang tidak kumiliki sebelumnya?”
“Kekurangan apa Adinda?”
“Jawab dulu pertanyaanku.”
“Ya. Aku akan menikahimu dengan segala kekuranganmu yang ada. Selama itu bukanlah cacat dalam agamamu yang tidak dapat diperbaiki.” Ujar Rizqaan tegas.
“Abuya. Aku ingin Abuya menikahiku. Karena aku ingin mati dalam keridhaan seorang suami shalih…..” Halimah berhenti sejenak. Ada keharuan yang membuatnya tercekat, sehingga sulit bicara.
“Abuya bisa segera menikahiku. Tapi aku tak tahu, apakah keinginan itu akan tetap ada, setelah Abuya mengetahui kekuranganku sekarang. Abuya, aku baru saja satu minggu yang lalu melakukan check up. Dan aku terbukti mengidap leukimia…” sampai disitu, Halimah terisak. Ia tak mapu melanjutkan bicaranya.
Rizqaan merasa tersentak. Tapi demi Allah, ia tak sedikit pun merasa sedih. Kegembiraan bisa kembali bersama istrinya, tak bisa terkalahkan oleh kesedihan atas kondisi Halimah tersebut.
“Dokter mengklain bahwa usiaku tak akan lebih dari 3-4 bulan saja….” kembali Halimah menangis.
“Aku tidak peduli. Umur ada di tangan Allah. Manusia hanya mapu mengira-ngira. Nyawaku, bisa saja lebih dahulu terenggut daripada nyawamu. Aku akan segera menikahimu. Biarlah Allah yang menentukan akhir perjalanan hidup kita. Bagiku, hidup atau mati bersamamu, dalam “kecintaan” Allah adalah sebuah kenyataan yang paling penuh berkah”. Rizqaan berbicara dengan kayakinan kokoh membelit jiwanya.
*******************************************
Rizqaan dan Halimah kembali hidup berbahagia. Mereka kembali mengulang masa-masa penuh keceriaan di antara mereka. Satu bulan kemudian, anak mereka yang kedua lahir. Ia seorang bayi perempuan yang cantik. Mirip ibunya, Halimah. Bayi itu dilahirkan dengan cara normal. Bayi maupun ibunya sama-sama selamat.
*******************************************
Kebahagiaan mereka berlanjut, sampai suatu ketika datang berita bahwa abang Halimah, Asyraf menjadi buronan polisi dikarenakan kasus narkoba, dan juga berita tentang dalang penyebab kebakaran yang menewaskan ayah Rizqaan. Karuan berita itu membuat kegembiraan mereka semua hilang. Ayah Halimah yang kini menjelma menjadi orang baik hati marah besar kepada anaknya tersebut. Dan Halimah seketika jatuh pingsan dan sakit.
******************************************
Sore menjelang Maghrib, Halimah terbangun. Disampingnya duduk Rizqaan. Sementara di depannya, Ayah dan ibunya duduk diatas kursi plastik. Mereka semua cemas menantikan kesadarannya. Seorang dokter perempuan –yang sengaja diundang ke rumah- mendekatinya. Memeriksa nadinya, lalu memberikan suntikan di bagian lengannya.
“A…..Abuya….” Halimah berkata lirih.
“Aku disini Adinda”
“Alhamdulillah. Apakah sudah maghrib? “tanya Halimah.
“Belum. Masih kira-kira sepuluh menit lagi.”
“Abuya…”sapa Halimah pelan.
“Ada apa Adinda.”
“Apakah Abuya masih mencintaiku?”
“Tentu Adinda. Aku selalu mencintaimu karena Allah.”
“Aku juga mencintaimu karena Allah, Abuya.” Halimah diam sejenak lalu ia bertanya lirih.
“Apakah engkau akan tetap bersabar atas segala yang menimpa kita, Abuya?”
“Engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang bersabar, Adinda….”
“Abuya. Jawablah pertanyaanku.”
“Ya. Apa Adinda?”
“Apakah engkau meridhaiku sebagai Istri?”
“Sudah tentu Adinda. Suami mana pun akan meridhai istri seshaliha dirimu. Setaat dirimu. Sepatuh dirimu. Kamu bukanlah wanita yang tak memiliki kekurangan atau kesalahan. Tapi dengan keshalihanmu, ketaatanmu, kepatuhanmu, aku senantiasa ridha terhadapmu…..”
“Alhamdulillahilladzi bini’matihi tatimmush shaalihaat. Aku ingin termasuk di antara wanita yang disebutkan dalam Hadits.”
“Bagaimana itu Adinda?”
أًَيُّمَا امْرَ أًَ ة مَا تَتْ وَ زَ جُهَا عَنْهَا رَا ض د خَلَت الْجَنَّهَ
“Wanita mana pun yang meninggal dunia sementara suaminya ridha kepadanya, ia pasti masuk surga.”
Halimah mengucapkan Hadits itu sedemikian fasihnya. Arab, berikut terjemahannya.
“Semua wanita shalihah, mengidamkan hal itu Adinda, dengan izin Allah, Adinda akan termasuk di dalamnya.”
“Allahumma amien. Abuya, sekarang aku puas. Apaun yang terjadi atas diriku, kini aku sudah kembali menjadi istrimu. Aku telah berdo’a setiap malam, agar aku bisa berdampingan dengan suami yang shalih. Sehingga kalaupun mati, aku akan mati dengan keridhaan Allah kemudian dengan keridhaan suamiku…..” Halimah berhenti sejenak.
“Abuya, betapa indahnya bila Allah betul-betul mencintai kita. Aku ingin dengan cinta-Nya, kita berdua menuai bahagia seutuhnya. Kebahagiaan yang bukan Cuma di dunia, tapi juga di akhirat.”
Halimah menghela nafasnya yang terasa begitu berat.
“Abuya bila aku sudah tiada, berjanjilah untuk senantiasa berjalan di atas ajaran Allah. Didiklah anak kita, dan berbaktilah kepada orang tua….”
“Jangan berkata begitu Adinda….” Rizqaan menyela.
Halimah memberikan isyarat dengan tangannya, agar Rizqaan tidak bertanya apa-apa.
“Berjanjilah Abuya…..”
“Aku berjanji Adinda. Tanpa berjanji pun, ketaatan kepada Allah adalah janji seluruh manusia saat mereka berada dalam perut ibu mereka….” ujar Rizqaan.
“Alhamdulillah…….”
“Abuya….tabir itu mulai terbuka…..Aku mencintaimu, Abuya. Abuya tak perlu meragukan cintaku. Tapi aku lebih merindukan Allah. Bila ini kesempatanku bersua dengan-Nya. Aku tidak akan menyia-nyiakannya sedikit pun…….”
“Adinda….”
“Laa ilaaaha illallah…muhammadurrasulullah……”
“Adinda….”
“Laa ilaaaha illallah…muhammadurrasulullah……”
“Laa ilaaaha illallah…muhammadurrasulullah……”
“Laa ilaaaha illallah…muhammadurrasulullah……”
Suara tahlil itu semakin lembut dan syahdu dari mulut Halimah. Terus menerus. Semakin lama, semakin lemah. Namun semakin syahdu. Sampai akhirnya suara terakhir terdengar, masih sama, “Laa ilaaaha illallah…muhammadurrasulullah……”
Usai berakhirnya suara itu, nafas Halimah terhenti. Di tengah keheningan kamar di rumah mereka, yang masih tercium bau catnya. Karena belum lama dibangun Halimah mengehembuskan nafas terakhirnya. Sang ibu menjerit. Sang bapak menangis. Rizqaan juga tak kuasa menahan air matanya yang tiba-tiba mengalir deras. Pernikahannya dengan Halimah yang merupakan masa kembalinya kebahagiaannya yang beberapa saat nyaris lenyap, kini nyaris terenggut kembali. Tapi kepergian Halimah dengan kondisi yang menyemburatkan aurat Surga, membuat hatinya terasa nyaman. Ia bersedih, tapi juga berbangga dengan istrinya. Kesedihannya pupus perlahan karena rasa bangga bercampur rasa iri yang menyejukkan jiwanya. Betapa berbahagia Halimah.
Tak lama kemudian, adzan maghrib terdengar. Mereka mendengarkannya dengan khusyu’. Saat lantunan adzan berhenti, Ayah Halimah mendekati Rizqaan. Ia manatap menantunya yang sekian lama ia kecewakan. Sekian lama ia perangkap dalam kesukaran dan penderitaan. Pria yang –dengan seizin Allah- telah mengubah wujud putrinya, sehingga menjelma menjadi wanita shalihah begitu setia pada kebenaran. Ia menatap pemuda itu. Air matanya menetes tak terbendung. Penyesalan membuncah sehingga nyaris membakar otak. Ia nyaris bisu dalam suasana hati yang kuyup penyesalan.
“Duhai, seandainya aku masih memilki putri yang lain. Pasti aku akan menikahkannya denganmu, ananda.” Ujar ayah Halimah kepada Rizqaan.
“Halimah sudah cukup bagiku pak. Nikahkanlah aku kembali dengan putrimu itu pak.”
“Aku sudah melakukannya dua kali ananda…..”
“Cobalah untuk yang ketiga kalinya pak…”ujar Rizqaan lirih.
“Itu bukan lagi hakku ananda. Biarlah Allah yang akan menikahkanmu dengannya di Surga kelak. Relakanlah kepergiannya saat ini. Semua kita toh pasti akan mati juga. Gapailah Surga dengan amal ibadahmu. Dengan ketulusan hatimu. Hanya dengan itu Allah akan berkenan mempertemukanmu kembali dengannya…..”
Rizqaan tersenyum.

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ
ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً
فَادْخُلِي فِي عِبَادِي
وَادْخُلِي جَنَّتِي



Hai jiwa yang tenang 
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. 
Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, 
masuklah ke dalam syurga-Ku. 

****************************************

Buku ini saya baca ba’da zhuhur dan selesai menamatkan lembar demi lembar halaman penuh hikmahnya selepas ashar. Sungguh saya berarti telah membohongi diri sendiri bila tidak menitikkan air mata terhanyut dalam episode perjalanan kehidupan anak manusia yang subhanallah sangat layak dijadikan bahan pelajaran ini.
Wahai saudara-saudariku seiman, saya tidak akan mengingkari bahwa novel, cerpen, dan cerita berlabel Islami lainnya dapat diambil hikmahnya. Bahkan menurut kalian hal itu bisa dijadikan sarana dakwah kepada orang-orang yang belum mengenal Islam dengan sekelumit kaidah-kaidah syar’iyah di dalamnya. Tidak wahai saudara-saudariku, saya juga pernah terlarut di dalam menikmati beragam karya sastra tersebut, bahkan dari pengarang kafir dan atheis sekalipun saya pernah menikmatinya. Tetapi sekali lagi, tujuan tidaklah menghalalkan cara, dan kebaikan tidak akan diperoleh dengan jalan yang bathil. Maafkan saya, dalam hal ini saya tidak sependapat dengan kalian, karena hal ini telah jelas seperti layaknya sinar mentari yang terang benderang yang menerangi suatu jalan yang lurus.
Resensi selesai dibuat selepas Isya’ 22 Rajab 1429 H
READ MORE - Resensi : Sandiwara Langit

Anunnaki

Anunnaki adalah salah sekelompok Dewa dari bangsa Sumeria, Akkadia, Asyiria dan  Babylonia. Annunaki muncul di dalam mitos penciptaan bangsa  Babylonia, Enuma Elish, di dalamnya juga disebutkan mengenai Marduk. Setelah penciptaan manusia, Marduk membagi Anunnaki dan menugaskan mereka di tempat-tempat yang telah ditentukan, tiga ratus di surga, dan tiga ratus di bumi. Dalam hal ini bisa kita lihat bahwa Anunnaki sebenarnya adalah sekelompok Dewa yang jumlahnya sekitar 600 Dewa, sementara dalam berbagai kebudayaan dan kepercayaan terhada Dewa-Dewi kita ketahui bahwa mereka memiliki satu nama untuk satu Dewa atau banyak nama untuk satu Dewa. Ini adalah sebuah hal yang unik dengan adanya satu sebutan untuk 600 Dewa yaitu Anunnaki.

Apakah mungkin Dewa-dewa yang disebut sebagai Anunnaki ini adalah sekelompok makhluk dengan kecerdasan dan teknologi tinggi ?

Untuk menjawab pertanyaan di atas, saya kembali meninjau sebuah peristiwa yang tidak terlalu jauh masanya. Pada saat perang dunia ke-dua, penduduk asli Papua New Guinea (Papua Nugini) dikejutkan dengan suara pesawat yang kemudian mendarat di sebuah lahan kosong, dari dalamnya muncul orang-orang berkulit putih yang belum pernah mereka temui sebelumnya, mereka terkejut melihat penampilan fisik mereka yang benar-benar berbeda dengan mereka dan turun dari atas "burung besi". Dari dalam pesawat orang-orang pendatang ini menurunkan supply bahan makanan untuk para penduduk lokal sebagai bantuan logistik atas pecahnya perang.

Mungkin mereka berpikir bahwa orang-orang berpenampilan aneh dan menaiki "burung besi" ini adalah Dewa yang datang untuk memberi mereka berkah berupa makanan dan obat-obatan. Tetapi beberapa waktu kemudian perang sudah usai dan orang-orang pendatang ini meninggalkan Papua New Guinea. Penduduk lokal melihat mereka menaiki "burung besi" kemudian terbang ke langit. Karena lama para "Dewa" ini tidak kembali maka penduduk lokal pun membuat tiruan dari pesawat atau "burung besi" yang ditunggangi oleh orang-orang maju tersebut dengan harapan bila mereka melihat tiruan pesawat itu, maka orang-orang yang mereka anggap sebagai "Dewa" itu akan datang lagi dan memberi mereka makanan.
anunnaki.jpg
patung Anunnaki

Hal yang sama bisa saja terjadi, saat orang-orang di masa lalu melihat makhluk dengan bentuk dan penampilan aneh datang menggunakan sebuah "tunggangan" yang belum pernah mereka lihat sebelumnya, berbagi pengetahuan dan makanan dan kemudian meninggalkan mereka ketika misi mereka sudah selesai, atau gagal, dan kemudian orang-orang kuno ini membangun patung dengan bentuk menyerupai mereka, dengan harapan supaya "Dewa-dewa" ini datang lagi.

Hubungan Anunnaki dan kebudayaan bangsa lain

Pada beberapa relief peninggalan bangsa Sumeria ada beberapa yang cukup mengejutkan, salah satunya adalah relief di bawah ini :
anunnaki-1.jpg

Pada relief pada bagian atas terdapat Ahura Mazda, sang Dewa penemu kepercayaan Zoroastrianisme bangsa Persia. Pada relief tersebut terlihat seakan-akan Ahura Mazda melindungi pohon kehidupan (tree of life bangsa Sumeria) dan empat orang yang disekitarnya adalah para Anunnaki. Dari sini kemudian muncul lagi pertanyaan :

Siapa sebenarnya Ahura Mazda dewa penemu kepercayaan Zoroastrianisme bangsa Persia yang memerintahkan pengikutnya untuk membangun kota pengungsian bawah tanah Derinkuyu di Turki (dulu Persia) dan apa hubungannya dengan Anunnaki, dewa bangsa Sumeria, Akkadia, Asyiria dan  Babylonia?

Untuk menjawab pertanyaan itu, saya telusuri lagi Anunnaki dari awal.

Menurut mitos bangsa Babylonia, Anunnaki adalah anak-anak dari dewa-dewi bersaudara yaitu Anu dan Ki (Ea), yang merupakan anak dari Anshar dan Kishar (Langit dan Bumi) dimana mereka adalah anak dari Lahamu dan Lahmu, nama yang diberikan untuk penjaga gerbang Abzu, sebuah kuil di Eridu (sebuah kota Sumeria kuna, yang saat ini bernama Tell Abu Shahrain di propinsi Dhi Qar Governorate, Irak), sebuah tempat yang dipercaya sebagai lokasi terjadinya penciptaan. Lahamu dan Lahmu sendiri adalah anak dari Tiamat (Dewi Laut) dan Abzu (Dewa Air).

asshurz.jpg
Anshar

Gambar di bagian atas yang mirip dengan Ahura Mazda (Dewa Cahaya dan Kebijaksanaan yang terkadang juga disebut sebagai Dewa Langit bangsa Persia) adalah Anshar (atau Anshur, Ashur, Asshur) yang juga merupakan dewa langit bangsa Babylonia, Sumeria, Akkadia dan Asyiria.

Tiamat sendiri dalam mitos itu digambarkan sebagai Dewi kehancuran, dalam budaya lain disebut sebagai Leviathan, yang ingin menghancurkan dunia yang telah diciptakan oleh Marduk, dan dikisahkan bahwa Anshar memimpin para dewa untuk bertempur melawan Tiamat.

Jika memang ada fakta di balik mitos dari bangsa-bangsa yang berbeda itu, bisa diambil kesimpulan bahwa Ahura Mazda dan Anshar jika dilihat dari penggambarannya oleh kebudayaan berbeda, berasal dari satu kelompok yang sama, yaitu mereka yang mempunyai kebudayaan maju yang tersebar di beberapa tempat di sekitar daerah tersebut sehingga melahirkan sebuah mitos atau legenda mengenai orang-orang hebat ini yang dirangkum dalam sebuah mitologi, saling menghubungkan kelompok-kelompot tersebut dalam sebuah garis keturunan dewa-dewi dan dipuja dalam kepercayaan mereka. Adanya pertempuran yang dipimpin oleh Anshar melawan Tiamat sama persis dengan mitos bangsa Persia yang juga tertulis dalam teks-teks suci mereka sebagai pertempuran antara Ahura Mazda dengan Angra Meinyu.

tablet-bearing-the-text-o.jpg
Salah satu tablet Enuma Elish

Asal mitos Anunnaki

Banyak orang percaya bahwa anunnaki berasal dari mitos bangsa Sumeria karena sempat disebutkan dalam sebuah kisah penciptaan bangsa Sumeria, tetapi kisah yang lebih lengkap mengenai Anunnaki ini justru berasal dari Babylonia, sehingga besar kemungkinan bahwa mitos mengenai Anunnaki ini berasal dari Babylonia dan kemudia tersebar kepada bangsa Sumeria, Asyiria dan Akkadia, atau bisa jadi para Anunnaki ini juga mendatangi tempat-tempat tersebut dan mulai membangun kepercayaan mengenai dewa-dewi di sana yang sama seperti kepercayaan bangsa Babylonia.
READ MORE - Anunnaki

Minggu, 26 Agustus 2012

kaum atlantis dan kaum nabi Nuh... adakah hubungannya???

yoho amigo... well di postingan kali ini ane akan mengajak amigoz memasuki dunia ane yang penuh dengan hal" yang mungkin dianggap remeh orang lain...
yap, sesuai judul diatas, ane akan mencoba mengkait-kaitkan antara segitiga bermuda (yang katax merupakan tempat kaum atlantis) dengan kaum nabi Nuh... tapi perlu di ingat, semua yang benar hanya Allah yang tahu, kita hanya mencari tahu....

 (note... ini beneran hasil apa yang ane pikirkan, sama sekali nggak ngejiplak... ane hanya mengcopas sejarah kaum atlantis dan kaum nuh sebagai penguat pendapat ane)

oke this is the concept... sekarang, amigo, inilah yang mengganggu pikiran saya... beberapa sumber mengatakan kaum Atlantis penghuni segitiga bermuda adalah suatu kaum yang berjaya, tetapi peradabannya hilang tenggelam, yang disebut-sebut sekarang menjadi segitiga bermuda itu. Sedangkan kita semua tahu (siapa tidak tahu??? :facepalm:) bahwasanya kaum nabi Nuh juga dimusnahkan dengan banjir terbesar yang pernah terjadi didunia... see amigo, mulai dari pemikiran itulah ane mencoba mengkait-kaitkan kaum atlantis, segitiga bermuda, dan kaum nabi Nuh...
untuk lebih jelas, ane akan beberkan sejarah dari kaum atlantis dan kaum nabi Nuh... check this out:


ATLANTIS, Atalantis, atau Atlantika (dalam Kebudayaan Yunani disebut juga pulau Atlas) adalah pulau legendaris yang pertama kali disebut oleh Plato dalam buku Timaeus dan Critias. Dalam catatannya, Plato menulis bahwa Atlantis terhampar "di seberang pilar-pilar Herkules", dan memiliki angkatan laut yang menaklukkan Eropa Barat dan Afrika 9.000 tahun sebelum waktu Solon, atau sekitar tahun 9500 SM. Setelah gagal menyerang Yunani, Atlantis tenggelam ke dalam samudra "hanya dalam waktu satu hari satu malam".

Atlantis umumnya dianggap sebagai mitos yang dibuat oleh Plato untuk mengilustrasikan teori politik. Meskipun fungsi cerita Atlantis terlihat jelas oleh kebanyakan ahli, mereka memperdebatkan apakah dan seberapa banyak catatan Plato diilhami oleh tradisi yang lebih tua. Beberapa ahli mengatakan bahwa Plato menggambarkan kejadian yang telah berlalu, seperti letusan Thera atau perang Troya, sementara lainnya menyatakan bahwa ia terinspirasi dari peristiwa kontemporer seperti hancurnya Helike tahun 373 SM atau gagalnya invasi Athena ke Sisilia tahun 415-413 SM.

Masyarakat sering membicarakan keberadaan Atlantis selama Era Klasik, namun umumnya tidak mempercayainya dan terkadang menjadikannya bahan lelucon. Kisah Atlantis kurang diketahui pada Abad Pertengahan, namun, pada era modern, cerita mengenai Atlantis ditemukan kembali.

Sejarah Asal Usul Atlantis

Legenda yang berkisah tentang "Atlantis", pertama kali ditemui dalam karangan filsafat Yunani kuno: Dua buah catatan dialog Plato (427-347 SM) yakni: buku Critias
dan Timaeus.

Pada buku Timaeus, Plato berkisah: Di hadapan "Selat Mainstay Haigelisi, ada sebuah pulau yang sangat besar, dari sana kalian dapat pergi ke pulau lainnya, di depan pulau-pulau itu adalah seluruhnya daratan yang dikelilingi laut samudera, itu adalah kerajaan Atlantis. Ketika itu Atlantis baru akan melancarkan perang besar dengan Athena, namun di luar dugaan Atlantis tiba-tiba mengalami gempa bumi dan banjir, tidak sampai sehari semalam, tenggelam sama sekali di dasar laut, negara besar yang melampaui peradaban tinggi, lenyap dalam semalam.

Dalam legenda, yang mendirikan kerajaan Atlantis adalah dewa laut Poseidon. Di atas sebuah pulau, ada seorang gadis muda yang kedua orang tuanya meninggal, Poseidon memperistri gadis muda itu dan melahirkan lima anak kembar, kemudian Poseidon membagi keseluruhan pulau menjadi 10 wilayah, masing-masing diserahkan pada 10 anak untuk menguasai, dan anak sulung ditunjuk sebagai penguasa tertinggi. Karena anak sulung lelaki ini bernama Atlan, oleh karenanya menyebut nama negeri tersebut sebagai kerajaan "Atlantis".

Satu bagian dalam dialog buku Critias, tercatat kisah Atlantis yang dikisahkan oleh adik sepupu Critias. Critias adalah murid dari ahli filsafat Socrates, tiga kali ia menekankan keberadaan Atlantis dalam dialog. Kisahnya berasal dari cerita lisan Joepe yaitu moyang lelaki Critias, sedangkan Joepe juga mendengarnya dari seorang penyair Yunani bernama Solon ( 639-559 SM). Solon adalah yang paling bijaksana di antara 7 mahabijak Yunani kuno, suatu kali ketika Solon berkeliling Mesir, dari tempat pemujaan makam leluhur mengetahui legenda Atlantis. Catatan dalam dialog, secara garis besar seperti berikut ini:

"Ada sebuah daratan raksasa di atas Samudera Atlantik arah barat Laut Tengah yang sangat jauh, yang bangga dengan peradabannya yang menakjubkan. Ia menghasilkan emas dan perak yang tak terhitung banyaknya: istana dikelilingi oleh tembok emas dan dipagari oleh dinding perak. Dinding tembok dalam istana bertakhtakan emas, cemerlang dan megah. Di sana, tingkat perkembangan peradabannya memukau orang. Memiliki pelabuhan dan kapal dengan perlengkapan yang sempurna, juga ada benda yang bisa membawa orang terbang. Kekuasaannya tidak hanya terbatas di Eropa, bahkan jauh sampai daratan Afrika. Setelah dilanda gempa dahsyat, tenggelamlah ia ke dasar laut beserta peradabannya, juga hilang dalam ingatan orang-orang."
         
Penyelidikan Arkeolog

Menurut perhitungan versi Plato waktu tenggelamnya kerajaan Atlantis, kurang lebih 11.150 tahun yang silam. Plato pernah beberapa kali mengatakan, keadaan kerajaan Atlantis diceritakan turun-temurun. Sama sekali bukan rekaannya sendiri. Plato bahkan pergi ke Mesir minta petunjuk biksu dan rahib terkenal setempat waktu itu. Guru Plato yaitu Socrates ketika membicarakan tentang kerajaan Atlantis juga menekankan, karena hal itu adalah nyata, nilainya jauh lebih kuat dibanding kisah yang direkayasa.


Jika semua yang diutarakan Plato memang benar-benar nyata, maka sejak 12.000 tahun silam, manusia sudah menciptakan peradaban. Namun di manakah kerajaan Atlantis itu? Sejak ribuan tahun silam orang-orang menaruh minat yang sangat besar terhadap hal ini. Hingga abad ke-20 sejak tahun 1960-an, laut Bermuda yang terletak di bagian barat Samudera Atlantik, di kepulauan Bahama, dan laut di sekitar kepulauan Florida pernah berturut-turut diketemukan keajaiban yang menggemparkan dunia.


Suatu hari di tahun 1968, kepulauan Bimini di sekitar Samudera Atlantik di gugusan Pulau Bahama, laut tenang dan bening bagaikan kaca yang terang, tembus pandang hingga ke dasar laut. Beberapa penyelam dalam perjalanan kembali ke kepulauan Bimini, tiba-tiba ada yang menjerit kaget. Di dasar laut ada sebuah jalan besar! Beberapa penyelam secara bersamaan terjun ke bawah, ternyata memang ada sebuah jalan besar membentang tersusun dari batu raksasa. Itu adalah sebuah jalan besar yang dibangun dengan menggunakan batu persegi panjang dan poligon, besar kecilnya batu dan ketebalan tidak sama, namun penyusunannya sangat rapi, konturnya cemerlang. Apakah ini merupakan jalan posnya kerajaan Atlantis?


Awal tahun '70-an, sekelompok peneliti telah tiba di sekitar kepulauan Yasuel, Samudera Atlantik. Mereka telah mengambil inti karang dengan mengebor pada kedalaman 800 meter di dasar laut, atas ungkapan ilmiah, tempat itu memang benar-benar sebuah daratan pada 12.000 tahun silam. Kesimpulan yang ditarik atas dasar teknologi ilmu pengetahuan, begitu mirip seperti yang dilukiskan Plato! Namun, apakah di sini tempat
tenggelamnya kerajaan Atlantis?

Tahun 1974, sebuah kapal peninjau laut Uni Soviet telah membuat 8 lembar foto yang jika disarikan membentuk sebuah bangunan kuno mahakarya manusia! Apakah ini dibangun oleh orang Atlantis?


Tahun 1979, ilmuwan Amerika dan Perancis dengan peranti instrumen yang sangat canggih menemukan piramida di dasar laut "segitiga maut" laut Bermuda. Panjang piramida kurang lebih 300 meter, tinggi kurang lebih 200 meter, puncak piramida dengan permukaan samudera hanya berjarak 100 meter, lebih besar dibanding piramida Mesir. Bagian bawah piramida terdapat dua lubang raksasa, air laut dengan kecepatan yang menakjubkan mengalir di dasar lubang.


Piramida besar ini, apakah dibangun oleh orang-orang Atlantis? Pasukan kerajaan Atlan pernah menaklukkan Mesir, apakah orang Atlantis membawa peradaban piramida ke Mesir? Benua Amerika juga terdapat piramida, apakah berasal dari Mesir atau berasal dari
kerajaan Atlantis?

Tahun 1985, dua kelasi Norwegia menemukan sebuah kota kuno di bawah areal laut "segitiga maut". Pada foto yang dibuat oleh mereka berdua, ada dataran, jalan besar vertikal dan horizontal serta lorong, rumah beratap kubah, gelanggang aduan (binatang), kuil, bantaran sungai dll. Mereka berdua mengatakan: "Mutlak percaya, yang kami temukan adalah Benua Atlantik! Sama persis seperti yang dilukiskan Plato!" Benarkah itu?


Yang disayangkan, piramida dasar laut segitiga Bermuda, berhasil diselidiki dari atas permukaan laut dengan menggunakan instrumen canggih, hingga kini belum ada seorang pun ilmuwan dapat memastikan apakah sebuah bangunan yang benar-benar dibangun oleh tenaga manusia, sebab mungkin saja sebuah puncak gunung bawah air yang berbentuk limas.

Foto peninggalan bangunan kuno di dasar laut yang diambil tim ekspedisi Rusia, juga tidak dapat membuktikan di sana adalah bekas tempat kerajaan Atlantis. Setelah itu ada tim ekspedisi menyelam ke dasar samudera jalan batu di dasar lautan Atlantik Pulau Bimini, mengambil sampel "jalan batu" dan dilakukan penelitian laboratorium serta dianalisa. Hasilnya menunjukkan, bahwa jalan batu ini umurnya belum mencapai 10.000 tahun. Jika jalan ini dibuat oleh bangsa kerajaan Atlantis, setidak-tidaknya tidak kurang dari 10.000 tahun. Mengenai foto yang ditunjukkan kedua kelasi Norwegia itu, hingga kini pun tidak dapat membuktikan apa-apa.

(source: http://www.asal-usul.com/2009/03/atlantis-ada-atau-tiada.html)
 
sekarang ini sejarah kaum nabi Nuh
 
 
Nabi Nuh adalah nabi keempat sesudah Adam, Syith dan Idris dan keturunan kesembilan dari Nabi Adam. Ayahnya adalah Lamik bin Metusyalih bin Idris.


Dakwah Nabi Nuh Kepada Kaumnya

Nabi Nuh menerima wahyu kenabian dari Allah dalam masa "fatrah" masa kekosongan di antara dua rasul di mana biasanya manusia secara beransur-ansur melupakan ajaran agama yang dibawa oleh nabi yang meninggalkan mereka dan kembali bersyirik meninggalkan amal kebajikan, melakukan kemungkaran dan kemaksiatan di bawah pimpinan Iblis.
Demikianlah maka kaum Nabi Nuh tidak luput dari proses tersebut, sehingga ketika Nabi Nuh datang di tengah-tengah mereka, mereka sedang menyembah berhala ialah patung-patung yang dibuat oleh tangan-tangan mereka sendiri disembahnya sebagai tuhan-tuhan yang dapat membawa kebaikan dan manfaat serta menolak segala kesengsaraan dan kemalangan.berhala-berhala yang dipertuhankan dan menurut kepercayaan mereka mempunyai kekuatan dan kekuasaan ghaib ke atas manusia itu diberinya nama-nama yang silih berganti menurut kehendak dan selera kebodohan mereka.Kadang-kadang mereka namakan berhala mereka " Wadd " dan " Suwa " kadangkala " Yaguts " dan bila sudah bosan digantinya dengan nama " Yatuq " dan " Nasr ".

Nabi Nuh berdakwah kepada kaumnya yang sudah jauh tersesat oleh iblis itu, mengajak mereka meninggalkan syirik dan penyembahan berhala dan kembali kepada tauhid menyembah Allah Tuhan sekalian alam melakukan ajaran-ajaran agama yang diwahyukan kepadanya serta meninggalkan kemungkaran dan kemaksiatan yang diajarkan oleh Syaitan dan Iblis.
Nabi Nuh menarik perhatian kaumnya agar melihat alam semesta yang diciptakan oleh Allah berupa langit dengan matahari, bulan dan bintang-bintang yang menghiasinya, bumi dengan kekayaan yang ada di atas dan di bawahnya, berupa tumbuh-tumbuhan dan air yang mengalir yang memberi kenikmatan hidup kepada manusia, pengantian malam menjadi siang dan sebaliknya yang kesemua itu menjadi bukti dan tanda nyata akan adanya keesaan Tuhan yang harus disembah dan bukan berhala-berhala yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri.Di samping itu Nabi Nuh juga memberitakan kepada mereka bahwa akan ada gajaran yang akan diterima oleh manusia atas segala amalannya di dunia iaitu syurga bagi amalan kebajikan dan neraka bagi segala pelanggaran terhadap perintah agama yang berupa kemungkaran dan kemaksiatan.

Nabi Nuh yang dikurniakan Allah dengan sifat-sifat yang patut dimiliki oleh seorang nabi, fasih dan tegas dalam kata-katanya, bijaksana dan sabar dalam tindak-tanduknya melaksanakan tugas risalahnya kepada kaumnya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dengan cara yang lemah lembut mengetuk hati nurani mereka dan kadang kala dengan kata-kata yang tajam dan nada yang kasar bila menghadapi pembesar-pembesar kaumnya yang keras kepala yang enggan menerima hujjah dan dalil-dalil yang dikemukakan kepada mereka yang tidak dapat mereka membantahnya atau mematahkannya.

Akan tetapi walaupun Nabi Nuh telah berusaha sekuat tanaganya berdakwah kepda kaumnya dengan segala kebijaksanaan, kecekapan dan kesabaran dan dalam setiap kesempatan, siang mahupun malam dengan cara berbisik-bisik atau cara terang dan terbuka terbyata hanya sedikit sekali dari kaumnya yang dpt menerima dakwahnya dan mengikuti ajakannya, yang menurut sementara riwayat tidak melebihi bilangan seratus orang Mereka pun terdiri dari orang-orang yang miskin berkedudukan sosial lemah. Sedangkan orang yang kaya-raya, berkedudukan tingi dan terpandang dalam masyarakat, yang merupakan pembesar-pembesar dan penguasa-penguasa tetap membangkang, tidak mempercayai Nabi Nuh mengingkari dakwahnya dan sesekali tidak merelakan melepas agamanya dan kepercayaan mereka terhadap berhala-berhala mereka, bahkan mereka berusaha dengan mengadakan persekongkolan hendak melumpuhkan dan mengagalkan usaha dakwah Nabi nuh.

Berkata mereka kepada Nabi Nuh:"Bukankah engkau hanya seorang daripada kami dan tidak berbeda drp kami sebagai manusia biasa. Jikalau betul Allah akan mengutuskan seorang rasul yang membawa perintah-Nya, nescaya Ia akan mengutuskan seorang malaikat yang patut kami dengarkan kata-katanya dan kami ikuti ajakannya dan bukan manusia biasa seperti engkau hanya dpt diikuti orang-orang rendah kedudukan sosialnya seperti para buruh petani orang-orang yang tidak berpenghasilan yang bagi kami mereka seperti sampah masyarakat.Pengikut-pengikutmu itu adalah orang-orang yang tidak mempunyai daya fikiran dan ketajaman otak, mereka mengikutimu secara buta tuli tanpa memikirkan dan menimbangkan masak-masak benar atau tidaknya dakwah dan ajakanmu itu. Cuba agama yang engkau bawa dan ajaran -ajaran yang engkau sadurkan kepada kami itu betul-betul benar, nescaya kamilah dulu mengikutimu dan bukannya orang-orang yang mengemis pengikut-pengikutmu itu. kami sebagai pemuka-pemuka masyarakat yang pandai berfikir, memiliki kecerdasan otak dan pandangan yang luas dan yang dipandang masyarakat sebagai pemimpin-pemimpinnya, tidaklah mudak kami menerima ajakanmu dan dakwahmu.Engkau tidak mempunyai kelebihan di atas kami tentang soaL-soal kemasyarakatan dan pergaulan hidup.kami jauh lebih pandai dan lebih mengetahui drpmu tentang hal itu semua.nya.Anggapan kami terhadapmu, tidak lain dan tidak bukan, bahawa engkau adalh pendusta belaka."

Nuh berkata, menjawab ejekan dan olok-olokan kaumnya:"Adakah engkau mengira bahwa aku dpt memaksa kamu mengikuti ajaranku atau mengira bahwa aku mempunyai kekuasaan untuk menjadikan kamu orang-orang yang beriman jika kamu tetap menolak ajakan ku dan tetap membuta-tuli terhadap bukti-bukti kebenaran dakwahku dan tetap mempertahakan pendirianmu yang tersesat yang diilhamkan oleh kesombongan dan kecongkakan karena kedudukan dan harta-benda yang kamu miliki.Aku hanya seorang manusia yang mendpt amanat dan diberi tugas oleh Allah untuk menyampaikan risalah-Nya kepada kamu. Jika kamu tetap berkeras kepala dan tidak mahu kembali ke jalan yang benar dan menerima agama Allah yang diutuskan-Nya kepada ku maka terserahlah kepada Allah untuk menentukan hukuman-Nya dan gajaran-Nya keatas diri kamu. Aku hanya pesuruh dan rasul-Nya yang diperintahkan untuk menyampaikan amanat-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Dialah yang berkuasa memberi hidayah kepadamu dan mengampuni dosamu atau menurunkan azab dan seksaan-Nya di atas kamu sekalian jika Ia kehendaki.Dialah pula yang berkuasa menurunkan seksa danazab-nya di dunia atau menangguhkannya sampai hari kemudian. Dialah Tuhan pencipta alam semesta ini, Maha Kuasa ,Maha Mengetahui, maha pengasih dan Maha Penyayang.".

Kaum Nuh mengemukakan syarat dengan berkata:"Wahai Nuh! Jika engkau menghendaki kami mengikutimu dan memberi sokongan dan semangat kepada kamu dan kepada agama yang engkau bawa, maka jauhkanlah para pengikutmu yang terdiri dari orang-orang petani, buruh dan hamaba-hamba sahaya itu. Usirlah mereka dari pengaulanmu karena kami tidak dpt bergaul dengan mereka duduk berdampingan dengan mereka mengikut cara hidup mereka dan bergabung dengan mereka dalam suatu agama dan kepercayaan. Dan bagaimana kami dpt menerima satu agama yang menyamaratakan para bangsawan dengan orang awam, penguasa dan pembesar dengan buruh-buruhnya dan orang kaya yang berkedudukan dengan orang yang miskin dan papa."

Nabi Nuh menolak pensyaratan kaumnya dan berkata:"Risalah dan agama yang aku bawa adalah untuk semua orang tiada pengecualian, yang pandai mahupun yang bodoh, yang kaya mahupun miskin, majikan ataupun buruh ,diantara peguasa dan rakyat biasa semuanya mempunyai kedudukan dan tempat yang sama trehadap agama dan hukum Allah. Andai kata aku memenuhi pensyaratan kamu dan meluluskan keinginanmu menyingkirkan para pengikutku yang setia itu, maka siapakah yang dpt ku harapkan akan meneruskan dakwahku kepada orang ramai dan bagaimana aku sampai hati menjauhkan drpku orang-orang yang telah beriman dan menerima dakwahku dengan penuh keyakinan dan keikhlasan di kala kamu menolaknya serta mengingkarinya, orang-orang yang telah membantuku dalam tugasku di kala kamu menghalangi usahaku dan merintangi dakwahku. Dan bagaimanakah aku dpt mempertanggungjawabkan tindakan pengusiranku kepada mereka terhadap Allah bila mereka mengadu bahawa aku telah membalas kesetiaan dan ketaatan mereka dengan sebaliknya semata-mata untuk memenuhi permintaanmu dan tunduk kepada pensyaratanmu yang tidak wajar dan tidak dpt diterima oleh akal dan fikiran yang sihat. Sesungguhnay kamu adalah orang-orang yang bodoh dan tidak berfikiran sihat.

Pada akhirnya, karena merasa tidak berdaya lagi mengingkari kebenaran kata-kata Nabi Nuh dan merasa kehabisan alasan dan hujjah untuk melanjutkan dialog dengan beliau, maka berkatalah mereka:"Wahai Nabi Nuh! Kita telah banyak bermujadalah dan berdebat dan cukup berdialog serta mendengar dakwahmu yang sudah menjemukan itu. Kami tetap tidak akan mengikutimu dan tidak akan sesekali melepaskan kepercayaan dan adat-istiadat kami sehingga tidak ada gunanya lagi engkau mengulang-ulangi dakwah dan ajakanmu dan bertegang lidah dengan kami. datangkanlah apa yang engkau benar-benar orang yang menepati janji dan kata-katanya. Kami ingin melihat kebenaran kata-katamu dan ancamanmu dalam kenyataan. Karena kami masih tetap belum mempercayaimu dan tetap meragukan dakwahmu."

Nabi Nuh Berputus Asa Dari Kaumnya

Nabi Nuh berada di tengah-tengah kaumnya selama sembilan ratus lima puluh tahun berdakwah menyampaikan risalah Tuhan, mengajak mereka meninmggalkan penyembahan berhala dan kembali menyembah dan beribadah kepada Allah Yang maha Kuasa memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat dan gelap ke jalan yang benar dan terang, mengajar mereka hukum-hukum syariat dan agama yang diwahyukan oleh Allah kepadanya, mangangkat darjat manusia yang tertindas dan lemah ke tingak yang sesuai dengan fitrah dan qudratnya dan berusaha menghilangkan sifat-sifat sombong dan bongkak yang melekat pd para pembesar kaumnya dan medidik agar mereka berkasih sayang, tolong-menolong diantara sesama manusia. Akan tetapi dalam waktu yang cukup lama itu, Nabi Nuh tidak berhasil menyedarkan an menarik kaumnya untuk mengikuti dan menerima dakwahnya beriman, bertauhid dan beribadat kepada Allah kecuali sekelompok kecil kaumnya yang tidak mencapai seramai seratus orang, walaupun ia telah melakukan tugasnya dengan segala daya-usahanya dan sekuat tenaganya dengan penuh kesabaran dan kesulitan menghadapi penghinaan, ejekan dan cercaan makian kaumnya, karena ia mengharapkan akan dtg masanya di mana kaumnya akan sedar diri dan dtg mengakui kebenarannya dan kebenaran dakwahnya. Harapan Nabi Nuh akan kesedaran kaumnya ternyata makin hari makin berkurangan dan bahawa sinar iman dan takwa tidak akan menebus ke dalam hati mereka yang telah tertutup rapat oleh ajaran dan bisikan Iblis. Hal mana Nabi Nuh berupa berfirman Allah yang bermaksud:

"Sesungguhnya tidak akan seorang drp kaumnya mengikutimu dan beriman kecuali mereka yang telah mengikutimu dan beriman lebih dahulu, maka jgnlah engkau bersedih hati karena apa yang mereka perbuatkan."
Dengan penegasan firman Allah itu, lenyaplah sisa harapan Nabi Nuh dari kaumnya dan habislah kesabarannya. Ia memohon kepada Allah agar menurunkan Azab-Nya di atas kaumnya yang berkepala batu seraya berseru:"Ya Allah! Jgnlah Engkau biarkan seorang pun drp orang-orang kafir itu hidup dan tinggal di atas bumi ini. Mareka akan berusaha menyesatkan hamba-hamba-Mu, jika Engkau biarkan mereka tinggal dan mereka tidak akan melahirkan dan menurunkan selain anak-anak yang berbuat maksiat dan anak-anak yang kafir spt.mereka."

Doa Nabi Nuh dikalbulkan oleh Allah dan permohonannya diluluskan dan tidak perlu lagi menghiraukan dan mempersoalkan kaumnya, karena mereka itu akan menerima hukuman Allah dengan mati tenggelam.

Nabi Nuh Membuat Kapal

Setelah menerima perintah Allah untuk membuat sebuah kapal, segeralah Nabi Nuh mengumpulkan para pengikutnya dan mulai mereka mengumpulkan bhn yang diperlukan untuk maksud tersebut, kemudian dengan mengambil tempat di luar dan agak jauh dari kota dan keramaiannya mereka dengan rajin dan tekun bekerja siang dan malam menyelesaikan pembinaan kapal yang diperintahkan itu.
Walaupun Nabi Nuh telah menjauhi kota dan masyarakatnya, agar dpt bekerja dengan tenang tanpa gangguan bagi menyelesaikan pembinaan kapalnya namun ia tidak luput dari ejekan dan cemuhan kaumnya yang kebetulan atau sengaja melalui tempat kerja membina kapal itu. Mereka mengejek dan mengolok-olk dengan mengatakan:"Wahai Nuh! Sejak bila engkau telah menjadi tukang kayu dan pembuat kapal?Bukankah engkau seorang nabi dan rasul menurut pengakuanmu, kenapa sekarang menjadi seorang tukang kayu dan pembuat kapal.Dan kapal yang engkau buat itu di tempat yang jauh dari air ini adalah maksudmu untuk ditarik oleh kerbau ataukah mengharapkan angin yang ankan menarik kapalmu ke laut?"Dan lain-lain kata ejekan yang diterima oleh Nabi Nuh dengan sikap dingin dan tersenyum seraya menjawab:"Baiklah tunggu saja saatnya nanti, jika kamu sekrg mengejek dan mengolok-olok kami maka akan tibalah masanya kelak bg kami untuk mengejek kamu dan akan kamu ketahui kelak untuk apa kapal yang kami siapkan ini.Tunggulah saatnya azab dan hukuman Allah menimpa atas diri kamu."

Setelah selesai pekerjaan pembuatan kapal yang merupakan alat pengangkutan laut pertama di dunia, Nabi Nuh menerima wahyu dari Allah:"Siap-siaplah engkau dengan kapalmu, bila tiba perintah-Ku dan terlihat tanda-tanda drp-Ku maka segeralah angkut bersamamu di dalam kapalmu dan kerabatmu dan bawalah dua pasang dari setiap jenis makhluk yang ada di atas bumi dan belayarlah dengan izin-Ku."
Kemudian tercurahlah dari langit dan memancur dari bumi air yang deras dan dahsyat yang dalam sekelip mata telah menjadi banjir besar melanda seluruh kota dan desa menggenangi daratan yang rendah mahupun yang tinggi sampai mencapai puncak bukit-bukit sehingga tiada tempat berlindung dari air bah yang dahsyat itu kecuali kapal Nabi Nuh yang telah terisi penuh dengan para orang mukmin dan pasangan makhluk yang diselamatkan oleh Nabi Nuh atas perintah Allah.

Dengan iringan"Bismillah majraha wa mursaha"belayarlah kapal Nabi Nuh dengan lajunya menyusuri lautan air, menentang angin yang kadang kala lemah lembut dan kadang kala ganas dan ribut. Di kanan kiri kapal terlihatlah orang-orang kafir bergelut melawan gelombang air yang menggunung berusaha menyelamat diri dari cengkaman maut yang sudah sedia menerkam mereka di dalam lipatan gelombang-gelombang itu.
Tatkala Nabi Nuh berada di atas geladak kapal memperhatikan cuaca dan melihat-lihat orang-orang kafir dari kaumnya sedang bergelimpangan di atas permukaan air, tiba-tiba terlihatlah olehnya tubuh putera sulungnya yang bernama "Kan'aan" timbul tenggelam dipermainkan oleh gelombang yang tidak menaruh belas kasihan kepada orang-orang yang sedang menerima hukuman Allah itu. Pada saat itu, tanpa disadari, timbullah rasa cinta dan kasih sayang seorang ayah terhadap putera kandungnya yang berada dalam keadaan cemas menghadapi maut ditelan gelombang.

Nabi Nuh secara spontan, terdorong oleh suara hati kecilnya berteriak dengan sekuat suaranya memanggil puteranya:Wahai anakku! Datanglah kemari dan gabungkan dirimu bersama keluargamu. Bertaubatlah engkau dan berimanlah kepada Allah agar engkau selamat dan terhindar dari bahaya maut yang engkau menjalani hukuman Allah." Kan'aan, putera Nabi Nuh, yang tersesat dan telah terkena racun rayuan syaitan dan hasutan kaumnya yang sombong dan keras kepala itu menolak dengan keras ajakan dan panggilan ayahnya yang menyayanginya dengan kata-kata yang menentang:"Biarkanlah aku dan pergilah, jauhilah aku, aku tidak sudi berlindung di atas geladak kapalmu aku akan dapat menyelamatkan diriku sendiri dengan berlindung di atas bukit yang tidak akan dijangkau oleh air bah ini."

Nuh menjawab:"Percayalah bahawa tempat satu-satunya yang dapat menyelamatkan engkau ialah bergabung dengan kami di atas kapal ini. Masa tidak akan ada yang dapat melepaskan diri dari hukuman Allah yang telah ditimpakan ini kecuali orang-orang yang memperolehi rahmat dan keampunan-Nya."
Setelah Nabi Nuh mengucapkan kata-katanya tenggelamlah Kan'aan disambar gelombang yang ganas dan lenyaplah ia dari pandangan mata ayahnya, tergelincirlah ke bawah lautan air mengikut kawan-kawannya dan pembesar-pembesar kaumnya yang durhaka itu.

Nabi Nuh bersedih hati dan berdukacita atas kematian puteranya dalam keadaan kafir tidak beriman dan belum mengenal Allah. Beliau berkeluh-kesah dan berseru kepada Allah:"Ya Tuhanku, sesungguhnya puteraku itu adalah darah dagingku dan adalah bahagian dari keluargaku dan sesungguhnya janji-Mu adalha janji benar dan Engkaulah Maha Hakim yang Maha Berkuasa."Kepadanya Allah berfirman:"Wahai Nuh! Sesungguhnya dia puteramu itu tidaklah termasuk keluargamu, karena ia telah menyimpang dari ajaranmu, melanggar perintahmu menolak dakwahmu dan mengikuti jejak orang-orang yang kafir drp kaummu.Coretlah namanya dari daftar keluargamu.Hanya mereka yang telah menerima dakwahmu mengikuti jalanmu dan beriman kepada-Ku dpt engkau masukkan dan golongkan ke dalam barisan keluargamu yang telah Aku janjikan perlindungannya danterjamin keselamatan jiwanya.Adapun orang-orang yang mengingkari risalah mu, mendustakan dakwahmu dan telah mengikuti hawa nafsunya dan tuntutan Iblis, pastilah mereka akan binasa menjalani hukuman yang telah Aku tentukan walau mereka berada dipuncak gunung. Maka janganlah engkau sesekali menanyakan tentang sesuatu yang engkau belum ketahui. Aku ingatkan janganlah engkau sampai tergolong ke dalam golongan orang-orang yang bodoh."

Nabi Nuh sedar segera setelah menerima teguran dari Allah bahwa cinta kasih sayangnya kepada anaknya telah menjadikan ia lupa akan janji dan ancaman Allah terhadap orang-orang kafir termasuk puteranya sendiri. Ia sedar bahawa ia tersesat pd saat ia memanggil puteranya untuk menyelamatkannya dari bencana banjir yang didorong oleh perasaan naluri darah yang menghubungkannya dengan puteranya padahal sepatutnya cinta dan taat kepada Allah harus mendahului cinta kepada keluarga dan harta-benda. Ia sangat sesalkan kelalaian dan kealpaannya itu dan menghadap kepada Allah memohon ampun dan maghfirahnya dengan berseru:"Ya Tuhanku aku berlindung kepada-Mu dari godaan syaitan yang terlaknat, ampunilah kelalaian dan kealpaanku sehingga aku menanyakan sesuatu yang aku tidak mengetahuinya. Ya Tuhanku bila Engkau tidak memberi ampun dan maghfirah serta menurunkan rahmat bagiku, nescaya aku menjadi orang yang rugi."

Setelah air bah itu mencapai puncak keganasannya dan habis binasalah kaum Nuh yang kafir dan zalim sesuai dengan kehendak dan hukum Allah, surutlah lautan air diserap bumi kemudian bertambatlah kapal Nuh di atas bukit " Judie " dengan iringan perintah Allah kepada Nabi Nuh:"Turunlah wahai Nuh ke darat engkau dan para mukmin yang menyertaimu dengan selamat dilimpahi barakah dan inayah dari sisi-Ku bagimu dan bagi umat yang menyertaimu."

Kisah Nabi Nuh Dalam Al-Quran

Al-Quran menceritakan kisah Nabi Nuh dalam 43 ayat dari 28 surah di antaranya surah Nuh dari ayat 1 sehinga 28, juga dalam surah "Hud" ayat 27 sehingga 48 yang mengisahkan dialog Nabi Nuh dengan kaumnya dan perintah pembuatan kapal serta keadaan banjir yang menimpa di atas mereka.  
(source : http://yudhim.blogspot.com/2008/07/kisah-nabi-nuh-as.html)

wuihhh... setelah perjalanan (atau lebih tepatx pembacaan) yang panjang tadi, oke... sekarang ane akan coba tarik tarik hubungannya....
pertama, kaum atlantis adalah kaum yang ditenggelamkan, peradabannya maju, dan menyembah berhala...
kedua, kaum nabi Nuh adalah kaum yang ditenggelamkan karena membangkang dan tidak mempercayai dakwah nabi Nuh...
ketiga,  di dasar segitiga bermuda, telah ditemukan sebuah bengunan yang berbentuk seperti piramida dengan 2 buah lubang dipuncaknya. sedangkan kaum atlantis adalah penyembah berhala dan seperti yang terlihat di Mesir, yang juga penyembah berhala, mereka memiliki piramida... yah masalah dasar segitiga bermuda itu ane taunya dari sebuah buku ane taunya dari buku...(yah yang ini mungkin hanya intermezzo aja soalx ini cuman menghubungkan antara kaum atlantis dengan segitiga bermuda)
 
jadi dari ke-3 kemungkinan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa mungkin kaum Atlantis adalah kaum nabi Nuh yang ditenggelamkan... walaupun secara ilmiah kita tidak boleh mengambil kesimpulan hanya dari hipotesa-hipotesa diatas karena masalah data. yah itu cuman kesimpulan sementara....
 
tapi yah wallahualam, hanya Allah yang tahu kebenarannya, saya cuman mencari tahu dan memberi tahu... jika amigo punya pemikiran lain, well dont be shy....


READ MORE - kaum atlantis dan kaum nabi Nuh... adakah hubungannya???

Need a Translate?

English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Popular Posts