Pages

Kamis, 10 Januari 2013

Sedekah Mimpi



Well perkenalkan, aku Surya, aku memiliki 2 orang teman yg unik, yg sampai sekarang belum kutemukan lagi. Mereka adalah Ahmad dan Sahrul. Ahmad adl orang yg pendiam, tenang, dan memiliki kemampuan berpikir dan berlogika yang sedikit diluar nalar manusia biasa (hhehe), kalau Sahrul adl orang yg sentiment, terlalu peka dengan keadaan sekitarnya, punya kemampuan sosialisasi yg paling bagus diantara kita bertiga, yah dan aku sendiri addl orang yg paling nekat dan diantara kami bertiga, aku yg punya pengetahuan dalam bidang kelistrikan dan komputasi (IT).
Kami bertiga adl teman sejak kecil, mulai dari SD sampai SMA kami 1 sekolah, walaupun pas SMA kami beda jurusan, aku IPA 1, Ahmad IPA 2, dan Sahrul IPS. Dan kami bertiga juga merupakan salah satu dari sekian banyak tim peneliti SMA kami, walaupun hanya kami tim yg anggotanya lintas kelas dan jurusan.
Kami bertiga memiliki satu mimpi yang sama, yaitu berangkat ke Jepang untuk mempelajari perkembangan ilmu disana sebelum usia kami mencapai 30 tahun. Dan yah, kalau boleh jujur, itu bukan mimpi kosong! Kami mengusahakan semua yang kami bisa, mulai dari ikut event-event olimpiade, sampai dengan event karaya penelitian ilmiah. Banyak kegagalan yang kami terima, sampai suatu hari, mimpi itu akhirnya bisa terwujud. Kami memenangkan suatu event karya ilmiah nasional dengan hadiah Rp 25 juta. Tentu saja waktu itu, dana segitu itu sudah cukup untu kami bertiga pulang pergi ke Jepang selama 4 hari. Saat itu usia kami bertiga 15 tahun (kami orang paling muda disekolah).
Setelah dana hadiah itu cair, yang kebetulan bertepatan dengan liburan semester, kami pun berencana membeli tiket maskapai penerbangan *****. Diperjalanan (kebetulan kami jalan kaki, toh tidak begitu jauh tempatnya), Sahrul melihat suatu pemandangan yang mencengangkan. 3 orang berbadan besar (sedikit lebih besar dari aku, yg notabene anak paling besar diantara kami bertiga) dan 1 orang ibu-ibu berkerudung beserta banyak anak-anak didekatnya. Kami pun melihat lebih dekat dan mengetahui bahwa mereka sedang berada di depan Yayasan Yatim-Piatu *****. Samar-samar kami bisa mendengar percakapan diantara mereka.
“ayo bayar hutang kalian, majikan kami sudah tidak sabar!” kata orang pertama, yg berkumis dan berkepala botak dengan nada sedikit mengandung kemarahan.
“sabar pak…” kata ibu itu memelas. “kami belum memiliki dana..” tambahnya lagi
“kalau ndak ada dana ya nda usah tinggal! Yayasan ini sudah menunggak 23 juta rupiah! Jika tidak dibayar segera angkat kaki dari sini!” kata orang kedua, badanya hitam dan berkacamata hitam.
Seperti biasa, Sahrul yg terlalu peka langsung muncul (dan mau tidak mau aku dan Ahmad juga ikut) dan berkata, “he… janganlah kau ngomong begitu dengan perempuan.”
Tanpa diduga, Sahrul justru didorong hingga terjatuh, sontak emosiku naik dan nyaris menerjang, tapi Ahmad dengan tenangnya menahanku.
“masalahnya apa? Pake ribut segala.” Kata Ahmad dengan nada santainya.
“kau ndak usah ikut-ikut anak kecil!” kata orang pertama.
Akhirnya, dengan ketenangan Ahmad, kami mendapatkan informasi yang jelas dari ibu tersebut. Bahwasanya bangunan yang mereka tempati sekarang ini belum lunas dan masih memiliki tunggakan. Dan Sahrul pun mengajak rundingan untuk membantu yayasan ini.
Alhasil, kami sepakati bahwa uang hadiah tadi, kami pakai saja untuk bantu yayasan ini, walaupun harus mengorbankan mimpi kami.
Singkat cerita, kami bertiga lulus SMA, dan seperti biasanya, Ahmad mendapat nilai tertinggi diantara kami bertiga, dan tertinggi ke 3 dari satu sekolah. Kami melanjutkan ke jenjang pendidikan kami masing-masing. Aku ke bidang Fisika Listrik, Ahmad ke bidang Kedokteran, dan Sahrul kebidang Ekonomi. Tahun demi tahun berlalu, sampai akhirnya, saat usia kami sudah mencapai 20 tahun, kami bertiga bertemu di sebuah konvensi Nasional, dimana ada Event Penelitian juga. Yah, cukup unik, jika biasanya penelitian antar universitas, timnya dibentuk di universitas tersebut, tetapi ini lain. Tim peneliti dibentuk secara acak oleh panitia. Dan ajaibnya, kami bertiga kembali dipertemukan dalam satu tim. Sambil nostalgia kami meneliti. Dan sekitar 2 bulan kemudian setelah lomba, kami diumumkan menjadi juara dengan hadiah belajar ke Jepang selama 2 minggu.
Hebat bukan, mimpi kami bertiga tercapai, dan benar, sebelum usia kami 30 tahun…
“yah… mungkin ini adalah amal dari bantuan kita keyayasan waktu itu.” Kata Sahrul angkat bicara
“waallahualam broh.” Kataku kemudian
“cukup nikmati aja, and tetap bersyukur… urusan itu, biar Tuhan yang urus.” Kata Ahmad dengan bijaknya, sembari menutup pembicaran kami malam itu, di balkon sebuah hotel bintang 5 di Tokyo.


Inti cerita ini adl jangan terlalu pusing dan takut bersedekah. Insyaallah pasti dibalas. Dan tak perlu pula kita mikirin seperti apa balasan Tuhan nanti, tak perlulah pula kita hitung-hitung dengan “matematika Tuhan”. Biarkan urusan “Matematika Tuhan” Tuhan yang urus, tak perlu kita apa-apakan. Siapa bilang 10-1=19?? Itu kan hasil manusia yg mencoba itjihad dengan pikirannya. Bagus memang untuk sebagian orang, dan bisa memotivasi untuk sedekah… tapi toh bagaimana pembalasan sedekah itu datangnya dari Tuhan, kita tidak tahu apa-apa mengenai hal itu…
Urusan Tuhan, biarkan Tuhan yang mengurusnya, kita cukup menjalankan apa yang diperintahkan Tuhan kepada kita… ^_^v

Story Credit: S.Y.S.P
Ps: jangan pikirin orisinalitasnya, ambil apa yg bisa kalian ambil dari cerita itu amigo… hehe
READ MORE - Sedekah Mimpi

Selasa, 08 Januari 2013

Cerita Penjaga Warnet



ohaiyo... aku pengen crita sedikit amigoz (bukan curhat ya)...

Aku punya seorang teman, dia lulusan MTs di Kediri. Kondisi keluarganya tidak begitu bagus (perekonomian maksudnya), ayahnya bekerja sebagai buruh dan ibunya hanya jaga warung yang juga merupakan warnet,  tapi dia bersikeras untuk melanjutkan sekolahnya ke SMA. Tapi bukan itu yang kita bahas.
Kesehariannya anak ini sangat” kalem… saking kalemnya kadang” kita teman-temannya agak sulit untuk mengajaknya berdiskusi. Akan tetapi kalian mungkin tidak percaya jika melihatnya langsung dirumahnya. Sehari-harinya, sepulang sekolah, yang mana sekolah kami kalo pulang ya paling lama jam 3 sore, dia membantu ibunya jaga warung dan warnet. Dan adapun yang sering bertandang ke warung dan warnet itu kebanyakan preman dan sejenisnya. Biasanya para pengunjung memesan makanan, entah indomie, atau apalah, kemudian nge-net atau main game online. Tidak jarang saat main game, sumpah-serapahnya beuh… itu semua kata” kebun binatang terlontar semua, dan tidak jarang pula ada yang buka situs porno dan sejenisnya. Yah, dan dia membiarkan hal itu… dengan alasan “yang penting mereka betah.” Dia pun gak nanggung” ikut bantu kalo misalkan ada masalah para client dengan koneksi internet atau masalah game, kebetulan dia punya ilmu IT yang melampaui kami anak” kota waktu itu (ga percayakan??!)
Saat menjaga warung dan warnet, dia suka memutar lagu” apapun yang menurutnya enak, entah genre blues, heavy metal, mellow, atau apapun itu. Tetapi menjelang waktu adzan, dia memutar winamp lagu-lagu salawatan atau tilawah Qur’an. Karena frekuensinya sudah sering, jadi para pengunjung sudah terbiasa. Lama-kelamaan, banyak perubahan yang terlampau signifikan yang terjadi. Yah bukan dalam hal pengunjungnya, karena pengunjungnya itu seperti udah langganan, tetapi dalam hal sikap mereka. 

Yap… saat main game, mereka mulai jarang memaki, yang sering terdengar sekarang adalah Astagfirullah, Masya Allah, Allahu Akbar, dan sejenisnya. Pengguna internet yang membuka situs porno pun mulai berkurang. Padahal dia tidak pernah mengajarkan, ataupun melarang ini itu diwarnetnya. Ternyata situasi dan keadaan bisa mengubah sikap dan perilaku orang-orang. Tidak perlu memaksa para pelanggan untuk melakukan hal ini hal itu… alias, disini efek classical Mozart terjadi, walaupun yg dipake bukan music Mozart, tetapi tilawah dan selawatan. Dan dalam hal ini bisa membuktikan bahwa MUSIK dapat mempengaruhi prilaku, menjadi kearah positif tentunya.
Waktu saya tanya “kok gak kau bikin larangan aja?” dia malah bilang “yo… didunia ini gak ada yang suka dilarang, apalagi oleh orang yg perilakunya sama aja…”
Yah perihal sholatpun juga begitu, dia ga pernah ngomong “wee waktunya sholat e, sudah stop dulu.” Tetapi dia langsung minggat ke mushola atau langsung gelar sejadah trus sholat. Yang pasti para pengunjung udah tau bahwasanya kalau dia udah mutar tilawah atau selawatan, berarti waktu sholat nyaris tiba, dan mereka secara tidak sadar (entah karena dikomandoi hati nurani atau bagaimana) langsung tenang.
“lha, nanti kalo ada yang buka situs porno bemana?” tanyaku padanya. Dan dia dengan entengnya jawab, “yah biarin ajah… yang penting mereka betah, kalo sa larang, ntar penghasilan ortuku berkurang dong.”  Kemudian dia sambung lagi, “mungkin mereka jadi nda baku enak, soalnya kita kan sering putar tilawah dan selawatn, jadinya mereka agak sungkan… yang penting bro, jangan sok ngelarang orang dah, bisa jadi to kita juga yang suka sama begituan…” 



well jangan mikirin orisinalitasnya, tapi ambil apa yang kalian dapat dari cerita itu ^_^

story credit to: S.Y.S.P

READ MORE - Cerita Penjaga Warnet

Need a Translate?

English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Popular Posts